Sumber asli: http://eramuslim.com/ustadz/dll/7c13161203-mendakwahi-suku-primitif.htm?other
Mendakwahi Suku Primitif
Jumat, 14 Des 07 06:11 WIB
Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Yth. Pak Ustadz, saya ingin pendapat dari pak
Usradz mengenai suku primitf yang sampai saat ini
masih berbuka aurat. Apakah pada zaman nabi adam,
orang-orang sudah berpakaian atau seperti orang-orang
primitif tersebut. Kenapa tidak terpikirkan oleh para
ulama muslim untuk mendekati mereka agar mereka mau
menutup aurat.
Dalam hal ini ulama muslim kalah gesit dengan
misionaris kristen, contoh di Papua lebih banyak yang
memeluk agama kristen daripada Islam karena memang
orang kristen dulu yang bertandang ke sana, bahkan
mereka menyediakan pesawat untuk misi mereka.
Nah bagaimana pendapat pak Ustadz. Jazzakumullah atas
tanggapannya.
Nank Michael
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Manusia di zaman nabi Adam alaihissalam tentu sudah
berpakaian yang lengkap dan menutup aurat. Kalau anda
melihat lukisan yang katanya gambar nabi Adam dan
isterinya, Hawwa, dengan telanjang atau berpakaian
seadanya, itu adalah khufarat dan tahayyul. Dan
sesungguhnya merupakan penghinaan kepada nabi. Dan
menghina nabi merupakan dosa besar yang bisa
menggugurkan syahadat. Lukisan seperti itu sama
mungkarnya dengan lukisan nabi Muhammad.
Nabi Adam adalah nabi sekaligus makhluk cerdas
pertama di bumi yang sudah pandai berbahasa dengan
fasih, berpakaian indah dan menutup aurat, serta
berperadaban maju. Al-Quran pun berpesan kepada
anak-anak Adam untuk berpakaian, bukan seadanya, tapi
pakaian yang indah, terutama ketika masuk masjid.
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di
setiap masjid, makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A'raf:31)
Maka dahuluketika masih di surga terjadi hal-hal yang
membuatnya terbuka aurat, maka Adam dan isterinya
segera menutup aurat mereka dengan daun-daun surga.
Jelas sekali bahwa urusan aurat ini sudah sangat
dijaga oleh keduanya. Bagaimana mungkin ketika turun
ke bumi, lalu keduanya hanya pakai cawat dan bikini
saja? Sungguh sebuah khurafat sesat yang diajarkan
orang barat.
Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu
nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah
keduanya menutupinya dengan daun-daun surga, dan
durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia .(QS.
Thaha: 121)
Penyebaran Agama di Pedalaman dan di
Peradaban
Memang secara jujur harus kita akui bahwa saat ini
para tokoh muslim tertinggal dalam menggarap wilayah
terasing untuk penyebaran dakwah. Tentu ada banyak
faktor yang menjadi latar belakang. Selain masalah
dana, konsentrasi umat Islam saat ini memang sedang
dalam proses mengIslamkan warga yang lebih maju,
yaitu bangsa barat, baik Eropa, Amerika maupun
Australia.
Jadi kalau pendeta kristen sedang sibuk mengIslamkan
suku terasing, kita sebagai muslim sedang sibuk
mengIslamkan bangsa-bangsa maju di dunia. Dan grafik
pertumbahan umat Islam di Eropa dan Amerika sangat
mencengangkan. Islam adalah agama yang paling cepat
pertumbuhannya di sana.
Jadi kalau kita bikin hitung-hitungan untung rugi
sederhana, tetap saja kita lebih untung, karena objek
dakwah kita justru bangsa maju yang punya potensi
sangat besar. Mereka sudah maju, kaya, berilmu,
menguasai teknologi dan seterusnya. Bandingkan dengan
objek dakwah yang masih belum pakai baju, tentu
nilainya sangat berbeda.
Tapi bukan berarti kita boleh tinggal diam dan masa
bodoh dengan kristenisasi di masyarakat terasing itu.
Kita tetap wajib menyampaikan risalah Islam kepada
mereka. Tentu ini juga merupakan pe-er besar buat
umat Islam Indonesia.
Prestasi Penyebaran Islam
Kalau kita jujur dengan sejarah, sebenarnya yang bisa
dibilang paling sukses dalam penyebaran ajarannya
adalahagama Islam. Sebab hanya dalam waktu 50 tahun
saja, manusia di setengah bulatan muka bumi sudah
memeluk agama ini.
Bukan hanya sekedar dikenal dan dipeluk,
bangsa-bangsa yang masuk Islam itu kemudian naik ke
pentas peradaban dan secara bergiliran memimpin
peradaban dunia. Mewariskan berbagai peninggalan
sejarah yang hingga kini dipercaya sebagai jembatan
antara Eropa kuno dengan Eropa modern.
Ketika Rasulullah SAW meninggal dunia, seluruh
jazirah Arab sudah memeluk Islam. Ketika khalifah
Umar bin Al-Khattab memerintah, tiga imperium besar
jatuh ke tangan umat Islam: Romawi, Persia dan Mesir.
Di masa khalifah Utsman bin Affan, Islam telah sampai
ke negeri Cina. Bahkan menurut Buya Hamka, para
shahabat nabi itu telah sampai juga di nusantara,
salah satunya adalah Yazid bin Mu'awiyah.
Bandingkan dengan agama masehi yang di negerinya
sendiri mengalami penghancuran. Di Eropa agama yang
aslinya dibawa oleh nabi Isa 'alaihissalam malah
mengalami perubahan mendasar, aqidah monotheisnya
diganti dengan politheis. Sehingga tuhannya yang
tadinya Maha Esa, cuma satu saja, yaitu Allah SWT,
kemudian diubah sehingga tuhannya ada tiga. Nabi Isa
yang hanya manusia biasa tiba-tiba di Eropa naik
pangkat jadi tuhan juga.
Dalam kondisi yang 'ganti mesin' seperti itu, agama
masehi kemudian disebarkan dengan paksa kepada
rakyat, bahkan gereja Eropa berhasil memaksakan
'kesesatan' dan 'kesetanan' mereka ke gereja timur.
Padahal awalnya gereja-gereja timur belum lagi
berpaham trinitas, tapi karena kalah pengaruh
akhirnya semua gereja mengamini konsep aqidah yang
100% berlawanan dengan ajaran nabi Isa yang asli.
Gereja barat yang berpaham keberhalaan (paganisme)
berhasil menaklukkan gereja timur lewat sidang
Konsili, 300-an tahun setelah wafatnya nabi Isa.
Sejak itu seluruh sekte pada agama nabi Isa berubah
menjadi tidak ada bedanya dengan agama-agama
penyembah berhala. Agama nasrani mengalami proses
penurunan degradasi, dari agama samawi yang agung,
suci dan mulia, menjadi agama ardhi (bumi) yang
rendah, syirik, bengis dan haus darah.
Kristen di Nusantara
Bangsa Indonesia tidak pernah mengenal agama Kristen
kecuali lewat jalur darah dan mesiu. Sebab yang
datang menyebarkan agama kristen paganis memang para
penjajah yang punya tiga jurus. Gold, Gospel and
Glory. Prajurit dan pastor dari Portugis serta
Belanda datang ke negeri kita membawa angin kematian
sekaligus kesesatan agama berhala plus tahayyulnya.
Padahal 9 abad sebelumnya, nusantara ini sudah
kedatangan para da'i dari jazirah Arabia, bukan dari
Gujarat.Maka secara penuh kesadaran, rakyat nusantara
ini mulai belajar peradaban, teknologi, ilmu
pengetahuan dan sistem kehidupan yang jauh lebih
modern dari yang diajarkan oleh para biksu Budha dan
ajaran kuno nenek moyang. Satu persatu mereka masuk
Islam, mulai dari rakyat sampai akhirnya
kerajaan-kerajaan Hindu Budha yang besar dan pernah
jaya, semua ikut masuk Islam.
Sriwijaya, Majapahit, Singosari, Pajajaran adalah
kerajaan-kerajaan besar yang generani penerusnya
kemudian masuk Islam. Bahkan setelah abad ke-13,
kerajaan itu sudah berganti menjadi negara Islam.
Mulai dariSamudera Pasai, negara Demak Bintoro yang
dipimpin oleh 9 wali (walisongo) hingga kerajaan
induk suku Jawa, Keraton Mataram, semuanya adalah
puncak penyebaran Islam di bumi pertiwi.
Jadi kalau dibandingkan dengan mengkristenkan suku
primitif yang dilakukan oleh para misionaris sekarang
ini, apa yang telah dilakukan oleh para da'i muslim
di masa lalu sangat jauh berbeda nilainya. Yang
dijadikan sasaran dakwah adalah negara dan para raja,
pusat-pusat peradaban, bukan sekedar suku terasing.
Memang karakter Islam ketika disebarkan ke seluruh
dunia sangat unik, sifatnya membangun peradaban. Maka
kerajaan yang sudah maju dan besar umumnya akan lebih
mudah masuk dan memeluk Islam. Lihat saja, di masa
awal, yang memeluk agama Islam ini adalah kerajaan
Romawi, kerajaan Persia dan kerajaan Mesir. Bahkan
kerajaan India dan Cina. Semua adalah peradaban
besar.
Suku Terasing Tetap Perlu Diperhatikan
Namun bukan berarti suku terasing tidak perlu
dipikirkan, hanya saja skala prioritasnya tentu
berbeda. Dan salah besar kalau dituduh bahwa
penyebaran agama Islam ini tidak sampai ke pelosok
wilayah yang terasing.
Sebut saja misalnya nama Irian sebagai sebuah pulau.
Nama ini adalah nama yang disematkan oleh para
penyebar agama Islam. Konon nama 'Irian' berasal dari
istilah bahasa arab, yaitu 'uryan' yang maknanya
tidak berbusana alias telanjang.
Barangkali ketika para penyebar agama Islam sampai di
pulau ini di masa lalu, mereka mendapati penduduknya
-saking primitifnya- tidak ada yang pakai baju. Maka
disebutlah pulau ini dengan nama Urian atau Irian.
Suku Terasing Menjadi Objek Kristenisasi
Sebenarnya kita sebagai muslim tidak perlu susah hati
kalau ada suku terasing yang diajak masuk kristen.
Itu adalah hak para pastor dan pendeta. Dalam hal ini
sebaiknya umat Islam bersaing saja secara sehat saja.
Kalau para pastor bisa membangun bandara di pulau
terasing itu, maka tentu ini tantangan besar buat
para da'i muslim, khususnya ormas dan orsospol
keIslaman untuk melakukan proyek yang sama. Jadi kita
bersaing secara adil dan sehat.
Pemurtadan
Namun yang sebenarnya lebih kita khawatirkan justru
pemurtadan oleh para misionaris di tengah masyarakat
yang sudah memeluk agama Islam. Sebab angkanya sangat
besar dan hal ini jelas melanggar kode etik hubungan
antara umat beragama.
Letak kecurangannya adalah bahwa bangsa ini yang
sudah capek-capek diIslamkan sejak masa lalu,
diangkat dari kubangan syirik dan lumpur keberhalaan
oleh para wali, tiba-tiba diserobot oleh para pastor
itu dan dimurtadkan dari agama Islam. Padahal nilai
investasi yang telah dibenamkan oleh para penyebar
dakwah sudah tidak ternilai harganya.
Bayangkan, sejak negeri ini masih bergelimang dengan
paham keberhalaan, masih doyan makan kemenyan, hobi
menyembah goa, batu dan pohon, mereka sudah digarap
dengan baik dan dibuat maju cara berpikirnya, lalu
mereka masuk Islam. Sekarang ketika penduduk negeri
ini sudah benar-benar maju dan menjadi muslim
berperadaban, tiba-tiba ada yang jadi penadah. Mereka
tidak mau capek-capek mengerjakan dari awal.
Tiba-tiba masyarakat muslim mereka diajak masuk
geraja untuk ikut natal. Tiba-tiba di tengah
pemukiman muslim, ada rumah yang dibikin acara
kebaktian di dalamnya.
Semua ini adalah sebuah pengkhianatan besar dari
kalangan kristen kepada umat Islam. Mereka bukan
sekedar menyelamatkan 'domba-domba yang tersesat',
tetapi sudah merampas domba milik orang orang lain
secara tidak sah.
Inilah yang sangat kita sesalkan. Ketika mereka
membangun sekolah kristen di semua wilayah negeri
ini, dan ternyata yang sekolah di sana justru
mayoritas muslim, ini sudah pelanggaran besar. Mereka
menangkap ikan di kolam yang ada pemiliknya. Kalau
menangkap ikan di laut lepas, silahkan saja. Nanti
kita saling berlomba secara beradab. Tapi kolam ikan
yang sudah ada pemiliknya, tentu tidak boleh dicuri
dengan menerobos masuk. Ini penjarahan namanya.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc