Tak Ada Nabi Setelah Muhammad SAW
Oleh: Buletin Adzdzikro
Jagad kehidupan di negara kita digemparkan
oleh aliran sesat yang menamakan diri Al Qiyadah Al Islamiyah.
Ahmad Moshaddeq, pemimpin aliran itu mengaku dirinya nabi
sekaligus Al Masih yang dijanjikan bakal datang di akhir
zaman (Al Ma’uud). Moshaddeq mewajibkan pengikutnya
mengimaninya dengan syahadat baru yang diotak-atiknya. Tak pelak,
aliran yang konon punya puluhan ribu pengikut ini membuat resah
masyrakat.
Fenomena nabi palsu bukanlah hal baru. Sudah
puluhan orang mengaku–aku nabi setelah diutusnya Nabiyullah
warasuluhu Muhammad saw. Mulai nabi palsu pertama, Musailamah
Al-Kadzdzab, disusul Aswad Al-Ansi, Mirza Ghulam Ahmad dengan
ajaran Ahmadiyahnya yang terkenal itu, serta nabi-nabi palsu
laninya. Di Indonesia sendiri, ada Ali Taetang (Sulawesi Tengah,
1956), Dedi Mulyana alias Eyang Ended (Banten, 2005), Lia “Eden”
Aminuddin di Jakarta (2005-2007).
Tentu saja, pengakuan mereka itu jelas-jelas
dusta belaka. Karena tak ada nabi maupun rasul setelah kenabian
dan kerasulan Muhammad saw. Allah SWT telah mengutus nabi dan
rasul pada setiap kaum. Sedangkan penutup bagi semua rasul dan
nabi itu adalah nabi Muhammad saw. Muhammad adalah khatamu
al-anbiya (penutup para nabi)
“Dan
sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara
mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat
bagi seorang rasul membawa suatu mu`jizat, melainkan dengan seizin
Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua
perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang
berpegang kepada yang batil.” (QS. Al-mu’min
40:78)
“Sesungguhnya
Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan
Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma`il, Ishak,
Ya`qub dan anak cucunya, `Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman.
Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
Dan (Kami telah
mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang
mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan
tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa
dengan langsung ” (QS.
An-Nisa 4:163-164)
“Muhammad itu
sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu
[1224], tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan
adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.
Al Ahzab 33:40)
Imam ath-Thabari menafsirkan ayat tersebut
menyatakan, “Nabi Muhammad adalah Rasulullah dan penutup
para nabi (khatam an-nabiyyiin). Beliau adalah penutup
kenabian (nubuwwah) sekaligus orang yang diberi cap kenabian. Atas
dasar itu, kenabian tidak akan dibukakan kepada siapapun setelah
beliau hingga Hari Kiamat.” (Tafsir ath-Thabari, XX/278).
Imam Ibnu Katsir menyatakan ayat Al-Ahzab:40
merupakan nash yang menunjukkan tidak adanya nabi setelah beliau,
apalagi seorang rasul. Sebab, kedudukan risalah (kerasulan)
lebih khusus daripada kedudukan nubuwah (kenabian).
Pasalnya, setiap rasul adalah nabi, dan tidak sebaliknya.
Imam Ahmad
meriwayatkan sebuah hadis dari Anas bin Malik ra, bahwa Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya, risalah dan
nubuwah telah terputus. Tidak akan ada rasul dan nabi setelahku.”