Sumber asli: http://eramuslim.com/ustadz/dll/7c16092830-mengapa-tokoh-dan-ormas-islam-indonesia-tidak-bisa-bersatu.htm?other
Mengapa Tokoh dan Ormas Islam di
Indonesia Tidak Bisa Bersatu
Minggu, 16 Des 07 18:16 WIB
Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Semua tokoh-tokoh umat Islam di Indonesia tahu
bahwa persatuan itu perlu, dan begitu juga dengan
ormas-ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah, tapi
mengapa mereka tidak bisa bersatu.
Apakah tokoh-tokoh umat ini dan pimpinan-pimpinan
ormas-ormas Islam ini tidak berdosa Ustadz, karena
gara-gara mereka Umat Islam di Indonesia hancur dan
bercerai berai?
Muchlis
muchlis_nurdin@yahoo.co.id
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Memang apa yang anda tanyakan ini termasuk masalah
besar yang sering mengusik perhatian kita. Kami
cenderung untuk tidak terlalu mudah menuduh mereka
sebagai orang yang berdosa. Sebab di lapangan kerja
yang nyata, memang ada beberapa kendala yang perlu
kita pahami.
Sebab kalau belum apa-apa kita sudah main tuduh
mereka berdosa, sebenarnya sikap kita sendiri sudah
menggambarkan mentalitas kita yang juga tidak pandai
untuk bersatu.
Sebagai muslim yang baik, yang harus kita tanamkan
adalah sikap berbaik sangka (husnudzdzan) kepada
siapa pun, sambil tetap memberi ruang untuk adanya
harapan tanpa lupa untuk tetap berusaha.
Rasanya masih ada secercah harapan di balik perasaan
kecewa melihat kurang kompaknya para pemimpin umat.
Ada beberapa hal yang barangkali bisa kita jadikan
catatan tentang hal ini.
1. Belum Ada Pola Implementasi
Sebenarnya semangat untuk bersatu di kalangan
pemimpin umat bukan tidak ada sama sekali. Hanya yang
sering jadi kendala adalah masalah implementasinya.
Buktinya kalau kita bertemu langsung dengan para
tokoh itu dengan topik persatuan, maka mereka adalah
orang-orang yang menyatakan diri berada pada garis
terdepan untuk mengusungnya.
Tinggal terkadang implementasinya yang belum jelas.
Mungkin juga memang belum dicanangkan dalam visi dan
program kerja. Semangatnya ada, tapi teknis
implementasinya masih rada samar.
Ke depan, kita berharap agar wacana persatuan umat
Islam selalu dikedepankan oleh para tokoh, agar bisa
menjadi kenyataan yang tidak terlalu jauh.
2. Masalah Perbedaan Paradigma
Selain itu barangkali masalahnya juga karena
faktor paradigma masing-masing tokoh itu.Seringkali
kita dapati di level tokoh nasional bahwa paradigma
untuk bisa bekerjasama seiring sejalan dengan sesama
ormas Islam lain sudah sering bergema, sehingga sudah
bukan hal yang asing lagi.
Namun yang harus kita terima adalah lain elit lain
akar rumput. Di level akar rumput,
seringkali persoalan tidak sesederhana di level elit.
Terutama urusan 'persaingan' dengan kompetitor.
Bahkan tidak jarang memang masih kita rasakan
sisa-sisa semangat masa lalu yang sebenarnya untuk
ukuran zaman sekarang sudah kurang relevan lagi.
3. Orang Lama dan Orang Baru
Biasanya kendala kurang bersatu ini masih menghantui
'orang-orang lama' yang belum bisa melihat angin
perubahan. Di kalangan tertentu memang terkadang
masih ada semangat kebanggaan masa lalu yang tidak
lepas dari rasa ingin dipandang berjasa dan merasa
benar sendiri. Atau semacam rasa ingin dianggap
sebagai tokoh di depan para juniornya.
Kita bisa maklum kalau hal itu masih belum bisa
dengan mudah dihilangkan secara tiba-tiba. Insya
Allah kita berharap seiring dengan pergantian
generasi, ada setitik pencerahan dari para calon
pemimpin ormas Islam di masa mendatang, di mana
semangat persatuan umat bisa dijadikan tujuan yang
bersifat prioritas.
Karena itu sebelum habisnya masa jabatan para
pemimpin ormas itu, tidak ada salahnya kita bersikap
luhur kepada mereka dengan menjunjung tinggi semua
prestasi yang telah mereka capai selama ini. Kita
tidak perlu terlalu mencari-cari kesalahan mereka,
karena kalau dicari memang pasti akan selalu ada.
Yang kita pikirkan sekarang mungkin adalah berharap
kepada calon pemimpin masa depan dari masing-masing
ormas, agar mereka nantinya punya apresiasi yang baik
tentang urgensi persatuan umat.
4. Persatuan Pernah Ada Meski Tergantung Even
Bukti bahwa semangat untuk bersatu itu ada, ialah
tatkala awal tahun 90-an Bosnia dianeksasi oleh
Serbia di bawah pimpinan Slobidan Milosevic. Kami
masih ingat saat itu, nyaris hampir tidak ada ormas
atau orsospol yang tidak mendukung perjuangan umat
Islam Bosnia. Bahkan setiap jamaah dan kelompok yang
selama ini terkesan kurang kompak, tiba-tiba bahu
membahu menggalang dana dan solidaritas untuk rakyat
Bosnia.
Umat Islam se Indonesia seakan tersentak kaget
melihat tayangan video yang menyayat hati. Rekaman
demi rekaman yang sampai ke negeri kita menggambarkan
bagaimana sadisnya tentara Slobodan membantai nyawa
tak berdosa, sedangkan korban itu beragama Islam.
Bahkan pak Harto sampai berangkat sendiri ke sana dan
bahkan membangun masjid. Padahal sebelumnya, dia
dianggap musuh umat Islam karena tindakannya yang
agak represif. Namun tahun-tahun itu boleh dibilang
tahun kemesraan umat Islam dengan mantan penguasa
orde baru.
5. Persatuan dalam Bentuk Kerja Nyata yang
Produktif
Terkadang kita memang tidak boleh berharap terlalu
banyak untuk mewujudkan impian di mana ormas-ormas
Islam itu bersatu, melebur jadi satu. Rasanya agak
aneh kalau memang yang diharapkan seperti itu.
Tetapi persatuan boleh saja tidak dalam bentuk
bersatunya ormas Islam. Melainkan dengan bersatunya
sekian banyak unsur umat Islam dalam wadah lain yang
lebih bersifat produktif. Misalnya, seandainya umat
ini bisa membangun jaringan media massa sendiri,
katakanlah bisa membangun stasiun TV. Di dalamnya ada
putera terbaik dan profesional dari beragam ormas,
meski tidak secara resmi menjadi wakil atau utusan.
Lalu jaringan pers ini bisa mengusung kebersamaan,
persatuan, keberpihakan kepada ormas-ormas Islam dan
seterusnya. Rasanya persatuan model begini lebih
realistis. Selain juga sudah langsung ke arah kerja
nyata, bukan lagi baru sekedar formalitas.
Atau misalnya para kader dari sekian banyak ormas itu
bisa membangun kekuatan industri dalam negeri yang
kuat dan punya nilai bargaining tinggi di
pasarinternational. Misalnya industri Informasi
Teknologi (IT).
6. Komunikasi
Harus kita akui bahwa saluran komunikasi yang
tersumbat terkadang sering menjadi salah satu faktor
kurang kompaknya para tokoh. Padahal kalau seandainya
forum silaturrahim di antara mereka bisa dibangun,
tentu kesan bahwa mereka tidak kompak bisa ditepis.
Mereka sebenarnya cukup kompak, tapi karena jarang
bertemu, akhirnya terkesan kurang akrab.
Ke depan, kita berharap para tokoh ini bisa
sering-sering duduk bersama sambil membahas kendala
umat dalam semangat persatuan umat. Dan beberapa
agenda sudah nampak berjalan.
Kita berdoa kepada Allah agar hati para pemimpin umat
itu bisa dilunakkan untuk dapat saling mengasihi
dalam koridor cinta kasih kepada Allah, Amien.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc